
Injeksi Dengan Menggunakan Hydrostructural Resin
Konstruksi beton tidak sepenuhnya memiliki kerapatan yang sempurna. Terdapat retakan atau celah pada beton yang terkadang menyebabkan air bisa masuk sehingga menyebabkan kebocoran. Kebocoran ini bisa menghilangkan nilai estetika dan mengganggu jalannya aktivitas yang berada di area tersebut. Untuk bangunan vital seperti contohnya bendungan, terjadinya kebocoran akan berdampak pada berkurangnya daya tampung air yang bisa diakomodasi.
Solusi yang diandalkan untuk mengatasi kebocoran pada konstruksi beton adalah dengan metode injeksi. Injeksi yang biasa dilakukan adalah dengan menggunakan material epoxy atau polyurethane untuk mengisi retakan atau celah pada beton. Namun terkadang dalam beberapa kasus konstruksi beton yang bersinggunan dengan lapisan tanah seperti basement dan terowongan, area kebocoran berpindah karena air dari dalam tanah mencari area yang masih memiliki celah untuk dilalui. Jika sudah terjadi seperti itu, sulit untuk mengetahui dimana terdapat celah atau retakan tersebut sementara air dari dalam tanah terus mengalir. Hal yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan injeksi ke seluruh beton, tetapi hal ini tidak efisien untuk dilakukan karena akan memakan biaya yang besar.
Untuk menangani kasus-kasus kebocoran seperti itu, solusi yang paling efektif adalah dengan membuat suatu tabir kedap air. Tabir kedap air ini berada di luar dari struktur beton. Cara untuk membuat tabir kedap air ini adalah dengan injeksi ke luar struktur beton sehingga akan terbentuk lapisan impermeable di luar strukturnya. Material yang digunakan adalah jenis hydrostructural resin, yaitu MC-Injekt GL 95. Material ini memiliki tingkat viskositas yang sangat rendah (5 mPa.s), hampir setara dengan air (1 mPa.s) sehingga bisa mengisi pori-pori pada tanah dan membuat lapisan tanah yang terisi oleh material ini menjadi kedap air.
Di Indonesia, penggunaan metode dan material ini sudah diterapkan di berbagai kasus kebocoran air, antara lain pada Terowongan Mrawan (2013), Bendungan Setupatok (2014), dan Terowongan Garahan (2015). Untuk hasilnya sampai sekarang tidak terjadi lagi kebocoran di area tersebut.