Keretakan pada Beton
Beton merupakan material yang sering digunakan dalam dunia konstruksi yang terdiri dari campuran semen, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan kadar tertentu. Beton memiliki beberapa keunggulan, antara lain kekuatannya dalam menahan gaya tekan yang baik, mudah dicetak atau dibentuk sesuai kebutuhan, tahan terhadap temperatur tinggi, mudah didapat bahan bakunya, usia pakainya lama, dan lainnya. Tetapi beton juga memiliki kekurangan, antara lain lemah terhadap gaya tarik, sulit kedap air secara sempurna, beton yang telah keras juga dapat menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retakan, beton bersifat keras (tidak daktail), dan lainnya.
Dalam pemakaian beton sebagai material konstruksi, banyak permasalahan atau ketidaksempurnaan yang bisa terjadi. Salah satunya yang sering terjadi adalah retak. Retak pada beton ada dua macam, yaitu:
- Retak yang hanya terjadi di permukaan (retak rambut)
- Retak yang membelah.
Retak rambut tidak sampai menurunkan kekuatan dari struktur. Tetapi, retak yang membelah dapat menimbulkan penurunan kekuatan dari struktur. Pada retak yang membelah juga ada yang ditemui disertai dengan interupsi air. Penyebab dari keretakan pada beton bisa pada saat pembuatan maupun setelah pembuatan. Penyebab dari keretakan beton diantaranya adalah:
1. Suhu
Suhu disini maksudnya adalah suhu campuran beton saat proses perkerasan. Pada saat proses perkerasan, suhu yang timbul akibat reaksi dari air dengan semen akan terus meningkat. Sehingga pada saat suhu campuran beton sudah terlalu tinggi, pada saat beton sudah keras sering timbul retak-retak pada permukaan beton.
2. Pembebanan yang terlalu cepat atau tidak sesuai rencana
Beton akan mencapai puncak kekuatannya pada 28 hari, hal itu berarti sebelum 28 hari beton tidak bisa menerima beban maksimal perecanaan. Apabila beton diberikan beban maksimal sebelum 28 hari, maka hal itu diluar kapasitasnya dan besar akan kemungkinan bisa terjadi patah/retak. Ataupun beton yang sudah 28 hari namun diberikan beban yang melebihi beban rencana juga besar kemungkinan bisa terjadi patah/retak.
3. Korosi pada tulangan
Untuk mengantisipasi retak/patah pada beton akibat gaya tarik maka beton ditambahkan tulangan. Namun apabila tulangan mengalami korosi sehingga volume tulangan tersebut mengembang, maka tulangan ini bisa mendesak beton dan akhirnya bisa terjadi keretakan pada beton. Korosi pada tulangan sendiri bisa diakibatkan karena adanya proses karbonasi pada beton, yaitu masuknya air dan CO2 ke dalam beton. Sehingga terjadi reaksi antara beton dengan air dan CO2. Reaksi ini membuat pH beton terus menurun sehingga bersifat asam dan tidak bisa lagi melindungi tulangan dari korosi.
4. Perawatan pasca pengecoran (curing) yang tidak tepat
Setelah proses pengecoran, perlu dilakukan curing, yaitu upaya untuk memperlambat pengerasan beton agar tidak terlalu cepat. Namun jika curing tidak dilakukan dengan tepat maka retak bisa terjadi karena proses hidrasi yang terlalu cepat.
Dan masih ada hal-hal lainnya yang bisa menyebabkan keretakan pada beton.
Jika terjadi retak pada struktur beton, maka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selanjutnya pada konsturksi perlu diadakan penanganan untuk mengatasinya. Salah satu cara yang efektif adalah dengan injeksi. Menurut DIN 1045-1: 2001-07 (Standarisasi Jerman), injeksi harus dilakukan pada retak yang lebarnya melebihi 0,3 mm. Injeksi sendiri merupakan proses memasukkan material dengan paksa atau dengan tekanan. Dalam melakukan injeksi, harus memperhatikan beberapa hal, yaitu apa yang menyebabkan retak, retak rambut atau retak yang membelah, panjang dan lebar retaknya, kondisi dari retaknya (apakah kering, lembab, ada rembesan air atau ada tekanan air), dan material dan media apa yang akan digunakan.